Pengorbanan Seorang Wanita
Judul Buku : Saman
Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia)
Tebal : 206
Halaman
Genre : Fiksi
Cetakan : ke-1 :
April 1998
Ke-2 : Mei 2013
Resentator : Yusrotillah
Apakah anda pernah membaca novel Saman
karya Ayu Utami ? kalau belum silahkan simak resensi saya ini. Novel karya Ayu
Utami adalah salah satu karya sastra yang mutakhir di zamannya. Munculnya jiwa
feminis pada tokoh laila membuat novel ini semakin menarik untuk dibaca. Ayu
Utami kali ini mengambil nama novelnya dengan cukup sederhana yaitu mengambil
nama dari salah satu tokoh yang ada didalamnya. Penceritaan dalam novel saman
adalah seputar gender (jenis kelamin) dan hubungan percintaan pada
tokoh-tokohnya.
Awalnya menggambarkan tentang konflik atau
pertikaian yang terjadi pada suatu keadaan di pertambangan minyak bumi antara
Rosano yang menjadi kepala pengeboran dan Sihar bawahannya. Sihar membenci
Rosano karena kesok tahuannya akan halyang berujung dengan kecelakaan kerja dan
meminta korban nyawa. Sedangkan tokoh utama dalam novel ini adalah Saman. Saman
di sini digambarkan sebagai sosok yang sangat religius, pekerja keras, dan
lebih mementingkan kepentingan bersama.
Novel ini juga membahas tentang hubungan badan
antar tokoh-tokohnya. Ada hal yang membuat Laila ingin pergi bersama Sihar ke New
York. Karena adat budaya di sana berbeda dengan di Indonesia, dimana
hubungan badan dalam tanda kutip bebas dilakukan dengan modal saling cinta
kedua bela pihak tanpa harus menikah terlebih dahulu. “barangkali saya
terobsesi padanya, yang bayangannya selalu dating dan jarang pergi. Barangkali
saya letih dengan segala yang menghalangi hubungan kami di Indonesia. Capek
dengan nilai-nilai yang terkadang seperti terror. Saya ingin pergi dari itu
semua, dan membiarkan hal-hal yang kami inginkan terjadi. Mendobrak yang selama
ini menyekat dalam hubungan saya dengan sihar.” (Hal. 29)
Tapi dalam pertengahan ceritanya. Novel
ini akan membahas tentang bagaimana penindasan orang yang lebih tinggi
derajatnya dalam ukuran uang terhadap kaum yang dianggap bawahan. Dalam hal ini
tokoh Athanasius Wisanggeni yang tak lain adalah Saman muncul sebagai orang
yang membela hak-hak orang yang tertindas. Saman sendiri orang yang menggerakkan
mata masyarakat akan perlunya sebuah keadilan, Saman adalah mantan seorang
Pastor yang sekarang berubah karena hawa nafsu manusia yang ada pada dirinya.
Laila sebagai salah satu wanita yang
bekerja pada suatu perusahaan tambang, yang mengalami kemelut cinta. Ia jatuh cinta
pada seorang laki-laki yang bernama Sihar, yang ternyata memiliki istri dan
anak. Laila sempat berharap bahwa Sihar akan lebih memilih dirinya dibandingkan
anak dan istrinya, namun kenyataannya takdir tak berkehendak. Sihar lebih memilih
kembali pada istri dan anaknya, pada akhir penceritaan, Laila tidak mendapatkan
cintanya.
Kedudukan wanita dan pria sama di
mana-mana. Wanita memiliki jabatan yang sama di instansi manapun. Wanita juga
berhak mendapatkan cinta dalam hidup dan kehidupannya. Tetapi pada kenyataannya
kedudukan wanita semakin tidak dihiraukan, meskipun telah berusaha menjadi
sesuatu yang lebih dibandingkan pria. Di sini Laila berusaha mendapatkan itu
semua, tetapi semua usaha dan pengorbanannya tidak berhasil. Dan pada
kenyataannya kedudukan wanita tetap sama seperti dahulu dan tidak berubah.
Novel karya Ayu Utami ini kental dengan hubungan seks antar tokohnya
dengan menggunakan kata-kata yang mencengangkan bila terdengar di telinga
pembaca. Penulis seakan ingin menampilkan hal-hal yang sarat akan hubungan
badan antar manusia. Seperti yang terdapat pada kutipan “ Dan aku menamai
keduanya puting karena merupakan ujung busung dadamu. Dan aku menamai
kelentit”. (hal.198). inilah yang membuat pembaca tercengang, mengapa tulisan
ini bisa tercantum pada sebuah novel. Mungkin ini adalah salah satu daya tarik
pengarang dalam menyajikan sebuah karya, dan pengarang juga ingin menjelaskan
bahwa seks bebas akan merusak masa depan dan nama baik keluarga.
Pengarang menggunakan bahasa yang sangat
terbuka seperti tadi yang saya kutip,maka tidak semua umur boleh membacanya.
Pengarang juga menambahkan kata-kata asing atau baru untuk menambah kosakata
yangdimiliki pembaca. di sini pengarang juga menceritakannya lengkap dengan tanggal
suatu kejadiannya di dalam novelnya agar lebih jelas.
Bagi peminat novel-novel yang berjiwa
feminis mungkin ini adalah salah satu referensi yang layak digunakan sebagai
bahan bacaan ataupun dijadikan koleksi. Dengan membaca novel ini pembaca tidak
akan lagi menganggap bahwa kedudukan pria dan wanita tidaklah berbeda. Wanita
tidak bisa dianggap remeh untuk siapapun.
Maaf mba, diganti aja latarnya soalnya menyulitkan untuk membaca
BalasHapus